Islamic Psychology Class ~ Ilmu

Minggu, 11 Desember 2011 bertempat di salah satu ruangan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Islamic Psychology Learning Forum dengan bangga menyelenggarakn Islamic Psyichology Class. Sebuah kelas istimewa dimana Islamisasi ilmu benar-benar ditanamkan dari sini.

Islamic Psychology Class untuk keempat kalinya diadakan. Tema IPC kali ini adalah History of Psychology: Psikologi Dulu, Kini, dan Nanti. Materi sampaikan oleh Bapak Arif Rif’an untuk sesi I dan Bapak Bagus Riyono.

 

Science di Barat

Sumber dan Metode penelitian di barat bergantung sepenuhnya kepada kaidah empiris, rational, dan cenderng materialistik. Ia juga mengabaikan dan memandang rendah cara memperoleh ilmu melalui wahyu dan kitab suci. Ilmu di barat tidak berlandaskan nilai-nilai transenden dan juga tidak berkaitan dengan kepercayaan agama.

(Ismail R. al-Faruqi, Islamization of knowledge).

 

Ilmu

Ilmu dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab. Iilmu berasal dari kata Alima-ya’lamu-ilman, yang artinya mengetahui. Sedangkan kata ilmu sendiri dari segi bahasa berarti kejelasan. Oleh karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai kejelasan seperti kala alam (bendera), alamat (alamat), dan sebagainya. Sehingga ilmu dapat diartikan sebagai pemahaman yang jelas tentang sesuatu (Muhammad Quraish Shihab).

 

Science

Pengetahuan yang sistematis yang berasal dari observasi, kajian dan percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menentukan sifat dasar atau prinsip dari apa yang dikaji (Webster’s New World Dictionary of The American Language).

Sumber dan metode penyelidikan ilmu di barat bergantung sepenuhnya kepada kaedah empiris, rasional, dan cenderung matrealistik. Ia juga mengabaikan dan memandang rendah cara memuntut ilmu melalui wahyu dan kitab suci. Ilmu dibarat tidak berlandaskan nilai-nilai transenden dan juga tidak berkaitan dengan kepercayaan agama (Ismail Raji al Faruqi).

Ruh menjadi perbedaan mendasar. Islamisasi bukan melabeli dengan ayat, hadis, dan sebagainya, tapi membersihkan satu-satu dari akarnya.

Manusia dianggap sebagai objek yang sama dengan objek yang lain. Padahal langit dan bumi, dan seisinya memiliki isi dan perlakuan yang berbeda. Alam memiliki kekhusyukan sendiri. alam dan semesta dikaji supaya netral, tapi itu bukan hal yang bisa disamakan. Salah. Tidak akan diterima suatu ilmu oleh Barat jika ilmu itu membatasi gerak kepentingan mereka.

 

Urgensi Ilmu

Dasar yang pertama tentang urgensi ilmu adalah memahami ma’na fa’lam annahuu laa ilaaha illaAllah (maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak Tuhan selain Alloh). Semua amal itu dilakukan berdasarkan ilmu (ilmu itu mendasari amal). Bagaimana kerangka ilmu dalam Islam? Allah adalah Maha Tahu. Bahkan Allah menciptakan sesuatu yang manusia tidak tahu sedikitpun tentangnya. Dalam aktivitas menuntut ilmu tidak lepas dari aqidah. Di dalam Al Quran disebutkan bahwa Allah adalah pencipta. Pun tentang ilmu, Allah menciptakan akal untuk manusia. Pun tentang kecenderungan, Allah memberikan fitrah. Dalam hal ini para ulama mengkaji berbagai sumber, pertama kajian tentang bahasanya.

Tolak ukur kecenderungan manusia adalah fitrah. Fitrah itu sendiri merupakan sifat baik, suci, dan adil. Sedangkan kebebasan memilih hadir karena ruh. Karena inilah dibutuhkan kesatuan paradigma yang komplit dalam Islam.

Hukum menuntut ilmu itu fardhu (wajib) berdasarkan hadits Rasulullah saw “Tholabul ‘ilmi fariidhotun ‘alaa kully muslimin wa muslimah”. Alloh memberikan balsan yang tinggi bagi orang-orang yang menuntut ilmu. Karakter orang berilmu: Khosyyah – takut kepadaAlloh (innamaa yakhsya Alloh min ‘ibaadihil ‘ulamaa’). Ketika seseorang bertambah ilmu namun tidak bertambah takut kepada Alloh, maka sesungguhnya dia semakin jauh dari Alloh.

Contoh kongkrit : Imam Ath-Thobari.

Ketika beliau memenangkan lomba penulisan buku sejarah, Raja meminta beliau untuk mengajukan sebuah hadiah. Namun, sang imam tidak mau. Raja mengancam apabila Sang Imam tidak mau, maka ia akan dipenjara. Akhirnya sebagai bentuk hadiah untuknya, beliau meminta pada Raja untuk menjamin setiap hari Jum’at tidak  ada pengemis.

Disepanjang sejarah dan setiap episode sejarah, Nabi dan Rasul adalah manusia terbaik karena dipilih langsung oleh Alloh. Pelanjut dari Nabi dan Rasul adalah ‘ulama. Suatu peradaban itu baik, jika ulamanya baik karena perkembangan ilmu baik. Begitu pula sebaliknya.


History of Psychology: Psikologi Dulu, Kini, dan Nanti